Curahan hati malam Selasa
Tulisan ini dibuat bukan untuk membahas bagaimana Mapres dari sisi Akademis. Tulisan ini lebih mengarah pada curahan hatiku malam ini.
Ditengah-tengah pencarianku terhadap materi Mekanika Patah untuk kuliah Tenggang Cacat Struktur, terbesit iseng untuk kepo orang. Maklum kalau belajar pasti banyak godaannya. Padahal tadinya udah keren gitu bacaannya "Fracture Mechanic" dari bukunya
"Damage Tolerance Assessment Handbook volume 1".
"Damage Tolerance Assessment Handbook volume 1".
Singkat cerita, kita lupakan sejenak mengenai apa itu Fracture Mechanic. Mulailah aku ketikan namanya, "M*...*i". Ternyata mbah google memang pinter kalau dalam hal kepo. Langsunglah muncul beberapa akun jejaring sosial miliknya (Keliatan yang nulis ini sering facebook-an atau twitter-an). Nah dari situ, mataku langsung mengarah pada kata-kata MAWAPRES Universitas tempat dia kuliah. By the way, dia 3 hari lagi diwisuda loh, yang nulis ini malah gatau mau wisuda atau nggak. Udah kadaluarsa bung. Kembali ke topik bahasan kepo. Kubuka link yang mencantumkan nama MAWAPRES gitu dan ternyata, jeng... jeng... jeng....
Itu official website universitas tempat dia kuliah dan disana terpampang dengan jelas namanya berada di posisi ketiga MAWAPRES. Duaaaarrrrrrrrrr. Langsung ku sabet HP ku dan ku sms dia. Kurang lebih gini lah sms nya:
"Aku pikir dirimu cuma mapres fakultas aja. Ternyata juara 3 mapres xxxxx. Malu eung ketemu sama mapres aku tidak memberikan penghormatan yang lebih"
Maksudnya ya aku kayak sok-sokan keren aja, saat aku ke rumah dia. Padahal aku teh ternyata gada apa-apanya. (FYI: aku pernah kerumahnya, setelah 7 tahun lamanya tidak bertemu). Niatnya caper tapi kurang berhasil. Haha. Oiya aku sms kayak gitu emang sebelumnya pernah tau sih dia ikut seleksi mawapres gitu, ada video-nya di youtube. Pokoknya temen-temen SMP ku pada jadi mapres gitu lah. Yudhi sama Wawan (baweng) juga Mawapres. Lah aku piye? Seleksi di fakultas aja gak dapet juara 1, tapi alhamdulillah walaupun gak juara 1, setidaknya juara 3 mah dapet. Lumayan buat ngasih sedikit kejutan sama Bapak-Ibu. Kejutannya gak banyak sih, tapi cukup lah membuat orang tua bahagia kalau anaknya Mawapres ke-3 di Fakultas. Ngasih juara 1 nya dari NUS aja bareng sama mahasiswa asing. Eh malah ngelantur kemana-mana, kembali lagi ke bahasan awal. Setelah sms itu dikirim, eh maksudku setelah membaca berita itu aku merasa seperti "Dust in the Wind". Haha. Sebenernya sih awalnya kepo temen-temennya, terus kepo dia dan ternyata temennya mapres-mapres broh...
Aku merasa bahwa, aku mah apa atuh da. Kayaknya gak pantes buat dia #eh_apa_ini. Berani-berani nya ini anak kecil mikir yang macem-macem! Huaahahaha. *mindeeer nih ye* Tapi entah kenapa balesan dia cepet pas aku kirim sms gitu. Beginilah percakapan selanjutnya :
"Kamu tahu kan, aku benci kalau kamu kayak gitu (maksudnya ngomongin mapres dan dia hebat gitu)" katanya.
"Iya aku tahu, tapi apa kamu tahu mengapa aku masih melakukan hal-hal kayak gitu, muji-muji kamu? Aku punya dua alasan untuk itu". Aku yakin dia gatau alesannya. Dan bener jawabnya gini,
"Emang apa alasannya?"
"Kamu tahu ceritaku tentang Mahasiswa Pakistan? Dia muslim. Alasan pertamaku berhubungan dengan itu. Alasan kedua aku gak bisa bilang. Mungkin kamu akan menemukannya besok atau kapan-kapan. Aku malu bilang langsung alasan yang kedua". #eeeaaa_apasih
Sebenernya gini ta alasanku:
Apa yang aku bilang adalah pendapat pribadiku secara jujur dan apa adanya. Kamu memang hebat dan beruntung. Kamu menggunakan keberuntunganmu dengan baik. Kamu terlahir dari keluarga yang setidaknya lebih mampu daripada ku. Aku tidak pernah menyalahkan keberadaanku darimana, justru aku bersyukur dilahirkan dari keluargaku saat ini. Semuanya pasti ada hikmah yang kudapat. Aku tentu harus lebih kuat dari orang pada umumnya. Keadaanku saat ini membentuk diriku yang selalu bekerja lebih keras. Mungkin tidak sekeras orang lain atau dirimu, tapi lebih baik dibandingkan dengan jika aku hanya menikmati kemudahan. Aku selalu berusaha lebih baik dan selalu ingin menjadi yang terbaik, walaupun kadang terbatas dan tidak tercapai. Kamu dan teman-temanku adalah MAWAPRES, aku juga sama berusaha untuk itu, tapi aku gagal. Aku hanya mampu sampai ke-3 di Fakultas, mungkin karena aku memang belum pantas. Tapi sebagai seorang muslim, sebagai seorang ikhwan, aku harus bisa berperan sebagai pemimpin dan kamu tahu, pemimpin itu harus cerdas. Pemimpin itu harus bijaksana, agar apa yang dia pimpin hasilnya baik. Ceritaku mengenai mahasiswa Pakistan itu, dia anak pinter, lebih muda dariku, tapi pengalaman dan pengetahuan dia sudah melebihi diriku. Dan alasan dia sangat sederhana. Motivasi dia sangat sederhana. Dia bilang "Karena saya muslim, saya harus pinter dan berpengetahuan luas agar kelak saya bisa memimpin hal yang saya pahami. Sehingga orang tahu islam itu sempurna dan baik untuk semuanya". Aku malu pada diriku sendiri, apalagi sama kamu yang udah bisa jadi mapres. Ngapain aja hidupku ini coba?
Alasan kedua sebenarnya sangat sederhana. Ketika kamu membaca ini, kamu harusnya tahu sejak awal. The second reason is "Aku malu jika aku tidak sebaik orang yang aku sukai". Aku selalu memandang wanita seperti habitatnya manusia. Ketika orang yang aku sukai lebih pinter, lebih hebat dan lebih baik dalam keduniaan dan keakhiratan (baca: agama), aku selalu merasa malu. Aku merasa aku telah menjadi rakyat jelata dihadapan sang raja/ratu. Aku selalu berfikir jauh kedepan. Kalau orang yang aku suka lebih baik, bagaimana dengan peranku sebagai laki-laki yang harus memimpin kehidupan dunia dan akhirat untuk orang-orang disekitarnya. Kenapa aku harus lebih pinter, lebih hebat dan lebih baik untuk memimpin jalan menuju kebaikan? Karena aku tak punya banyak hal selain kemampuan yang terbatas ini. Aku bukan anak orang kaya yang bisa dengan mudah mendapat kebahagiaan dunia, aku bukan ustadz yang bisa menuntun orang menuju kebaikan. Manusia tak mungkin hidup hanya dengan cinta. This is realistic thinking. Jadi cukup jelas bagiku siapa diriku dengan segala kemampuanku.
That's all for tonight. Let's continue my fracture mechanic.
0 komentar:
Posting Komentar